Mengenal Psikometri dan Prospek Karirnya




Psikometri atau lebih tepatnya Psikometrika (Psychometrics) merupakan salah satu kajian dalam bidang Psikologi yang mempelajari khusus pada pengukuran aspek-aspek Psikologis. Peranan Psikometri dalam Ilmu Psikologi sebenarnya sangat penting, karena tanpa adanya pengukuran hal-hal yang tak kasat mata seperti proses mental, ilmu Psikologi mungkin hanya dianggap sebagai ilmu khayalan saja. Psikologi dikenal masyarakat berkat adanya tes-tes Psikologi yang mengukur berbagai aspek, seperti kecerdasan, kepribadian, dan minat. Meskipun demikian nyatanya tidak banyak orang Psikologi yang berminat mendalami Psikometri. Mengapa? Karena banyak hitung-hitungan di dalamnya, sesuatu yang ga Psikologi banget.

Sebagai dosen Psikometri, saya menjadi bagian dari sekian makhluk langka di Psikologi. Di tulisan ini saya akan bercerita tentang manis-manisnya saja menjadi makhluk langka tersebut, supaya pembaca sekalian tertarik mendalami bidang ini (pahitnya biar saya simpan sendiri). Sejak masa kuliah S1, saya sering dicari oleh banyak orang. Bukan karena tampan, bukan pula karena memiliki banyak hutang. Kebetulan saat itu saya cukup menguasai analisis data. Mulailah saya menjadi konsultan dadakan. Tradisi itu berlanjut saat kuliah S2 dengan perminatan Psikometrika Terapan, klien saya bertambah banyak, mulai dari mahasiswa S1 sampai S3. Tentu saya senang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Tidak semua orang menguasai analisis data dan bisa membantu orang-orang tersebut rasanya menyenangkan. Sampai saya akhirnya menulis tutorial analisis di website SemestaPsikometrika, agar klien yang butuh bantuan tidak harus selalu bertemu saya, namun bisa belajar sendiri dari website (ceritanya sudah mulai kewalahan menghadapi pertanyaan).

Jadi mengapa memilih Psikometri? Ya karena langka dan pasti dibutuhkan, sesimpel itu. Kata orang Ekonomi, jika permintaan tinggi sementara penawaran rendah, maka harga akan naik. Seperti itu juga orang Psikometri, dengan ketersediaan ahli yang sedikit sementara kebutuhannya banyak, mereka akan memiliki nilai jual yang tinggi. Terbukti, dari tujuh orang mahasiswa angkatan saya yang mengambil perminatan Psikometri, lima diantaranya sudah menjadi dosen, sementara dua yang lain menjadi PNS. Kalau ada stereotype bahwa orang Psikometri itu orangnya kaku dan introvert mungkin ada benarnya. Tapi pada akhirnya, si orang kaku dan introvert tadi akan selalu dicari oleh teman-teman yang membutuhkan bantuannya.

Jadi apa sebenarnya yang dipelajari di Psikometri? Secara umum, Psikometri mempelajari bagaimana menbuat instrumen yang dapat digunakan mengukur aspek Psikologi seseorang secara valid dan reliabel. Aspek Psikologi yang diukur sendiri dapat dibedakan menjadi dua, kemampuan (kognitif) dan non-kemampuan. Contoh karya paling terlihat dari orang Psikometri adalah adanya tes inteligensi dan tes kepribadian yang digunakan dalam seleksi sekolah ataupun perusahaan. Psikometri ini spesial, karena dia hendak mengukur sesuatu yang tidak terlihat. Karena setiap pengukuran pasti menghasilkan skor berwujud angka, maka Psikometri sudah pasti tidak bisa dilepaskan dari angka-angka. Namun tenang saja, proses penghitungan sekarang sudah banyak dibantu oleh software. Dan karena sama-sama berhubungan dengan angka, orang Psikometri pasti dianggap menguasai statistika dan metodologi, meskipun sebenarnya secara keilmuan keduanya itu berbeda. Tapi terima sajalah.

Lalu apakah orang lulusan Psikometri hanya bisa bekerja menjadi dosen saja? Tidak, Psikometri memiliki prospek karir yang cukup luas. Di perusahaan besar, biasanya mereka memiliki alat untuk melakukan asesmen sendiri, dan biasanya mereka memperkerjakan orang Psikometri untuk membuat alat itu. Di konsultan Psikologi yang besar juga biasanya mereka memiliki instrumen sendiri, dan orang Psikometrilah yang membuatnya. Sekarang juga sudah banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pengetesan yang menjual alat-alat tes psikologi. Biasanya mereka juga membutuhkan orang Psikometri untuk membuat alat tes untuk dijual tersebut. Di pemerintahan, orang Psikometri juga sangat dibutuhkan, misalnya di Kemendikbud, mereka membutuhkan ahli Psikometri untuk memastikan apakah tes-tes yang digunakan selama ini (misal tes UN, UKG, SNMPTN) sudah valid dan reiiabel. Di kementrian lain yang membutuhkan tes, seperti untuk tes CPNS juga pasti membutuhkan ahli Psikometri. Intinya, dimana ada pengetesan atau asesmen di tempat itu, di situlah orang Psikometri dibutuhkan. Cukup prospektif bukan?  

Tertarik mendalami Psikometri? Kamu setidaknya sekolah S2 dulu supaya keahlianmu diakui. Saran saya kalau mau mendalami Psikometri, belajarlah ke luar negeri, ke Amerika Serikat atau Belanda sana yang kultur Psikometrinya cukup kuat. Belajar ke luar negeri tentu banyak manfaatnya, selain ilmu mereka lebih update, kepakaranmu juga pasti sudah tidak diragukan lagi. Namun kalau mentok ga bisa sekolah ke luar negeri, beberapa kampus di Indonesia juga membuka perminatan Psikometri. Setahu saya ada di UGM, UNPAD, dan UIN Syarif Hidayatullah. Namun ya itu, belajar Psikometri di Indonesia sudah ketinggalan jauh ilmunya.


Mahasiswa PhD di ELTE, Hungaria. Dosen Psikologi di UMM, Indonesia.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Comments


EmoticonEmoticon