Adanya
pandemik Covid-19 membuat ritme hidup manusia berubah derastis. Bekerja dan
belajar lebih banyak dilakukan dari rumah, termasuk proses perkuliahan. Tidak
semua dosen dan mahasiswa siap dengan perubahan ini. Dengan dalih “Student
Centered Learning”, dosen lebih banyak memberikan tugas mandiri ke mahasiswa
dibanding menyampaikan materi seperti yang biasa dilakukan di kelas. Namun
sepertinya dosen lupa, di balik tugas yang banyak, ada tumpukan pekerjaan juga
untuk mengoreksi tugas tersebut. Di sisi sebaliknya, mahasiswa juga kelimpungan
dengan tumpukan beban tugas bertubi-tubi dari dosen. Belum lagi mahasiswa juga
mengeluh mengenai besarnya paket data yang harus mereka keluarkan untuk
mengikuti kuliah online. Hal ini membuat saya berpikir, bagaimana
menformulasikan perkuliahan yang efektif dan efisien, yang memudahkan dosen dan
mahasiswa.
Saya
pun melakukan survey kecil-kecilan untuk melihat best practice yang
dilakukan dosen dalam perkuliahan online mereka. Ada beberapa alternatif platform
yang sering digunakan, di antaranya yaitu: Whatsapp group, Webex, Zoom, Google Meet,
Youtube Live, Instagram Live, Google Classroom, Edmodo, dan LMS kampus. Dari
beberapa alternatif tersebut, akhirnya saya memilih menggunakan Youtube Live
sebagai media perkuliahan online kelas saya.
Beberapa
kelebihan menggunakan Youtube Live sebagai media kuliah online adalah sebagai
berikut:
1. Bisa share screen
(membagikan layar), sehingga saya bisa menjelaskan dengan Power Point atau
menampilkan wajah saya. Bisa juga mendemonstrasikan langkah-langkah analisis
data dengan software (kebetulan saya mengajar Statistika).
2. Bisa interaktif dengan mahasiswa
melalui live chat. Mahasiswa dapat berdiskusi dan bertanya melalui live chat,
sehingga interaksi dosen-mahasiswa tetap terjaga. Mahasiswa juga umumnya lebih
aktif jika menyampaikan pertanyaan melalui chat dibandingkan secara langsung.
3. Lebih hemat kuota data. Youtube
dari sisi peserta tentu lebih memakan kuota yang lebih kecil jika dibandingkan
kita menggunakan Zoom atau Google Meet. Selain itu, bagi pengguna Telkomsel,
mereka juga bisa beli paket data ngeteng khusus Youtube (hanya 3 ribu Rupiah) (ini
bukan endorse, saya ga dibayar Telkomsel, hanya ngasih tahu). Anggap saja ini
uang bensin kalau mereka harus ke kelas.
4. Video perkuliahan bisa tetap terdokumentasi
di Channel Youtube, termasuk live chatnya. Hal ini cukup membantu mahasiswa yang
lambat belajar, sehingga mereka dapat mengulang-ulang materi berapa kalipun
mereka mau. Begitu juga jika mahasiswa berhalangan hadir secara real time
saat jam kuliah, mereka tetap bisa mendapatkan materi kuliah melalui Channel
Youtube.
5. Bisa dilaksanakan secara klasikal
dalam jumlah besar. Saya sendiri menggabungkan tiga kelas menjadi satu sesi. Dengan
demikian saya juga lebih efisien, tidak perlu menyampaikan materi yang sama
berulang-ulang di kelas yang berbeda.
6. Karena perkuliahan hampir sama
dengan model ceramah di kelas, jadi mahasiswa tidak terlalu terbebani dengan
tugas, dosen juga tidak terbebani dengan koreksian.
Meskipun
demikian tetap ada keterbatasan Youtube Live ini, misalnya:
1. Tidak cocok untuk metode belajar
model diskusi. Hal ini karena Youtube hanya memungkinkan satu orang sebagai
pembicara, sedangkan yang lain hanya bisa menanggapi melalui live chat.
2. Koneksi internet pengajar harus
stabil. Hal ini penting karena lancar atau tidaknya perkuliahan sangat
tergantung dari koneksi internet pengajar. Selain itu kuota data yang digunakan
juga lebih besar karena mereka sama saja mengupload video dengan durasi waktu
yang cukup lama. Saya biasa menghabiskan lebih dari 2GB untuk sekali kuliah.
3. Pengajar harus familiar dengan
pengoperasian alat streaming Youtube. Nyatanya melakukan live streaming Youtube
tidak sesederhana melakukan share screen dengan Zoom atau Google Meet,
jadi perlu uji coba dulu.
Untuk
live di Youtube sendiri ada dua metode, pertama live dengan Webcam dan kedua
live streaming. Live dengan Webcam prosesnya lebih mudah, sama seperti live di
Instagram, namun kita hanya bisa menampilkan wajah kita saja dan ini tentu saja
tidak terlalu membantu untuk perkuliahan. Sedangkan untuk metode live streaming
kita dapat membagikan apapun yang ada di komputer kita, mulai dari power point,
kamera, dokumen, dan apapun yang kita buka di komputer kita. Metode live
streaming ini tidak bisa dilakukan otomatis melalui Youtube, namun kita butuh
program pihak ketiga yang menjadi perantara (encoder) antara Windows
kita dengan Youtube. Untuk encoder saya menggunakan yang gratisan yakni OBS (Open
Broadcaster Software) Studio. Untuk cara mengoperasikannya akan saya bahas ditulisan selanjutnya.
Lalu
bagaimana memastikan bahwa mahasiswa memang menyimak materi yang disampaikan di
Youtube? Ada beberapa cara yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan
pembelajaran kita.
1. Youtube telah menyediakan
Analytics terhadap proses live streaming yang dilakukan. Berapa jumlah orang
yang terlibat dan berapa menit rata-rata orang mengikuti live streaming. Meskipun
parameter ini secara keseluruhan dan tidak menunjukkan individu, namun ini bisa
menjadi gambaran awal apakah mahasiswa kita mengikuti kuliah secara penuh atau
tidak.
2. Melalukan absensi dan asesmen
pemahaman terhadap materi yang dijelaskan. Cara dan waktu untuk absen hanya
dijelaskan pada waktu tertentu di video. Misal pada materi analisis korelasi
dengan SPSS, di akhir materi saya memberi tahu link untuk mereka bisa presensi.
Presensi dilakukan di Google form disertai satu pertanyaan mengenai analisis
korelasi. Jadi agar mereka bisa tahu link absen, mereka harus menyimak video
kuliah, dan agar mereka bisa menjawab satu pertanyaan di absen itu, mereka
harus benar-benar memahami materinya.
3. Meskipun saya tidak mewajibkan
mahasiswa untuk bisa mengikuti kuliah real time, tapi link untuk mengisi absen
dan menjawab soal dibuat hanya aktif 24 jam. Hal ini perlu dilakukan agar
mahasiswa terpacu bekerja tepat waktu.
Berikut
ini adalah contoh tampilan ketika kuliah online dengan Youtube di Channel Youtube
saya, Semesta Psikometrika
Tampilan live streaming youtube |